http://myblogsoniaregina.blogspot.co.id/2014/10/contoh-contoh-pemanfaatan-telematika.html
Peristiwa
proklamasi 1945 membawa perubahan bagi masyarakat Indonesia dan sekaligus
menempatkannya pada situasi krisis. Krisis ini terjadi karena Indonesia sebagai
negara yang belum memiliki perangkat social, hukum dan tradisi yang mapan.
Situasi itu menjadi ‘bahan bakar’ bagi upaya-upaya pembangunan karakter bangsa
di tahun 1950 dan 1960. Di awal tahun 1970 ketika kepemimpinan Soeharto,
orientasi pembangunan bangsa digeser kea rah ekonomi, sementara proses-proses
yang dirintis sejak tahun 1950 belum mencapai tingkat kematangan.
Dalam latar belakang social demikianlah
telekomunikasi dan informasi mulai dari radio, telegraph dan telepon, televise,
satelit telekomunikasi hingga internet dan perangkat multimedia tampil dan
berkembang di Indonesia. Perkembangan telematika dibagi menjadi 2 masa, yaitu
masa pra-satelit dan masa satelit.
1. Masa Pra-Satelit
·
Radio dan Telepon.
Di
periode pra-satelit, perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia masih
terbatas pada bidang telepon dan radio. Radio RRI lahir dengan di dorong oleh
kebutuhan yang mendesak akan adanya alat perjuangan di masa revolusi
kemerdekaan 1945, dengan menggunakan perangkat keras seadanya. Dalam situasi
ini para pendiri RRI melangsungkan pertemuan untuk merumuskan keberadaan RRI
sebagai sarana komunikasi antara pemerintah dengan rakyat dan antara rakyat
dengan rakyat. Sedangkan telepon pada masa itu tidak terlalu penting sehingga
anggaran pemerintah untuk membangun telekomunikasipun masih kecil jumlahnya.
Saat itu telepon dikelola oleh PTT (Perusahaan Telepon dan Telegraph) sampai
tahun 1965, RRI merupakan operator tunggal siaran radio di Indonesia. Setelah
itu bermunculan radio-radio siaran swasta. Lima tahun kemudian muncul PP NO.55
tahun 1970 yang mengatur tentang radio siaran non pemerintah. Pada awal tahun
1960 merupakan masa suram bagi pertelekomunikasian Indonesia, para ahli
teknologi masih menggeluti teknologi sederhana dan “kuno”. Misalnya saja PTT
ataupun saluran kawat terbuka (Open Were Lines). Pada masa itu, banyak negara
pemberi dana untuk pengembangan telekomunikasi pada Indonesia. Pada tahun
1960-1967 Jerman masih bersikap setia dan menaruh perhatian besar pada bidang
telekomunikasi Indonesia dan menyediakan dana walau di masa-masa sulit
sekalipun. Ketika itu pengembangan telekomunikasi masih difokuskan pada
pengadaan sentra telepon, baik untuk komunikasi local maupun jarak jauh dan
jaringan kabel. Indonesia saat itu belum memiliki satelit. Sentral telepon
beserta perlengkapan hubungan jarak jauh ini diperoleh dari Jerman. Pada saat
itu, Indonesia hanya dapat membeli produk yang sama dari perusahaan yang sama,
yaitu Perusahaan Jerman. Keleluasaan barulah bisa dirasakan setelah tahun 1967-1968
karena banyak mengalir pinjaman-pinjaman ke Indonesia, baik bilateral ataupun
multilateral dari bank dunia melalu pinjaman yang disepakati IGGI. Akan tetapi,
pada masa inipun inovasi dalam pengfungsian teknologi telekomunikasi masih
belum berkembang dengan baik di negeri ini.
·
Televisi.
Badan
Penyiaran televise lahir tahun 1962 sebelum adanya satelit yang semula hanya
dimaksudkan sebagai perlengkapan bagi penyelenggara Asian Games IV di Jakarta.
Siaran percobaan pertama kali pada 17 Agustus 1962 yang menyiarkan upacara
peringatan kemerdekaan RI dari Istana Merdeka melalu microwave. Pada tanggal 24
Agustus 1962 TVRI bisa menyiarkan upacara pembukaan Asian Games dan tanggal itu
dinyatakan sebagai hari jadi TVRI. Setelah lebih dari setahun siaran pertama,
barulah keberadaan TVRI dijelaskan dengan pembentukan yayasan TVRI melalui
Keppres No. 215/1963 tanggal 20 Oktober 1963 antara lain disebutkan bahwa TVRI
menjadi alat hubungan masyarakat dalam pembangunan mental/spiritual dan fisik
dari pada bangsa dan negara Indonesia serta pembentukan manusia sosialis
Indonesia pada khususnya. Sampai tahun 1989, TVRI merupakan operator tunggal di
bidang penyiaran televisi. Sebelum satelit Palapa mengorbit, Indonesia hanya
mengenal telekomunikasi yang bersifar terrestrial, yakni yang jangkauannya
masih dibatasi oleh lautan. Telekomunikasi seperti ini tidak bisa menjangkau
pulau-pulau kecuali melalui penggunaan SKKL (Saluran Komunikasi Kabel Laut)
yang mahal dan sulit dipergunakan.
2. Masa Satelit
·
Satelit Domestik Palapa.
Gagasan
tentang peluncuran satelit bagi telekomunikasi domestic di Indonesia bisa
ditelusuri asal muasalnya dari sebuah konferensi di Janewa tahun 1971 yang
disebut WARCST (World Administrative Radio Confrence on Space
Telecomunication). Pada konferensi itu ditampilkan pameran dari perusahaan
raksasa pesawat terbang hughes. Perusahaan inilah yang mengusulkan ide
pemanfaatan satelit bagi kepentingan domestic Indonesia. Hal tersebut disambut
oleh Suhardjono yang berlatar belakang militer dan membawa masalah satelit itu
sampai ke Presiden RI. Selain pertimbangan kelayakan ekonomi dan teknis,
sejarah peluncuran satelit ini juga diwarnai oleh kepentingan politik dimana
hubungan antara Indonesia dengan negara-negara lain sudah mulai bersahabat. Di
sisi lain, satelit memungkinkan penyebaran luas ideologi negara ke masyarakat
luas melalui TV, satelit juga menguntungkan secara ekonomi. Peluncuran satelit
Palapa di Cape Canaveral, Florida, bulan Agustus 1976 pada panel peluncuran
terdapat 3 orang Indonesia dan perwakilan dari perusahaan NASA dan Hughes.
Kejadian ini diresmikan juga melalui pidato kenegaraan oleh Presiden Soeharto
di Jakarta tanggal 16 Agustus 1976. Ini merupakan satu-satunya proyek teknologi
yang mendapat tempat terhormat di gedung Parlemen. Namun peluncuran satelit itu
merupakan kebijakan nasional yang gagasan awalnya dicetuskan oleh pemerintah.
Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Indonesia pernah mengalami ancaman
perpecahan. Untuk mempersatukan tanah air yang sangat luas ini diperlukan
sarana perhubungan yang mencakup seluruh wilayah nusantara. Proses kelahiran
satelit ini hanya melibatkan sedikit teknokrat dan teknolog yang berpihak pada
kepentingan Orba.