Pages

Tuesday, November 6, 2012

Tulisan ISD BAB IV



Permasalahan yang Terjadi di Generasi Muda


Banyak kegiatan di Indonesia yang terhambat atau malah harus terhenti karena adanya krisis ekonomi yang terjadi. Namun kalau kita ingat, ada satu 'kegiatan' yang tidak terhambat krisis, yaitu perkelahian atau tawuran pelajar.
Dulu, tawuran pelajar atau mahasiswa hanya terjadi sesekali. Itu pun sudah menjadi berita yang menghebohkan. Namun kini, kabar mengenai tawuran pelajar hampir setiap hari kita dengar. Pada jam-jam pulang sekolah tawuran biasa terjadi dengan mengambil tempat di jalan raya. Tak jarang tawuran dimulai dengan teriakan dari dalam kendaraan umum bus atau Metro Mini yang kemudian berlanjut dengan pengejaran dan pelemparan benda-benda keras.
Bukan hanya peristiwa tawurannya saja yang menyedihkan, tetapi seringkali tawuran itu membawa korban nyawa. Kalau 'hanya' korban cedera saja, kita mungkin masih bisa 'bersyukur', sekalipun itu bukan indikasi yang baik. Tetapi, jika ada nyawa yang harus terenggut karena perkelahian yang tak jelas ujung pangkalnya itu.

Kecenderungan

Tawuran pelajar yang terjadi sekarang, tampaknya sudah menjadi trend atau kecenderungan di kalangan pelajar. Sering para pelajar ini  umumnya pelajar SMU dan SMP memang sudah menyiapkan segala sesuatu untuk acara tawuran itu. Buktinya, ketika aparat kepolisian berhasil menangkap beberapa pelajar yang terlibat tawuran, di tas mereka ditemukan berbagai senjata. Mulai dari batu, cutter, gunting, golok, hingga samurai.
Bukankah seharusnya isi tas mereka itu buku dan alat tulis, bukan senjata tajam. Mereka berangkat ke sekolah atau pulang dari sekolah dengan mengenakan seragam sekolah dan menenteng tas.
Tudingan pertama kali kerap dituduhkan kepada sekolah, baik guru maupun metode pendidikan yang diajarkan. Tetapi, kita seharusnya lebih berlapang dada menerima kenyataan bahwa guru-guru di Indonesia, kesulitan untuk berkonsentrasi penuh dalam memberikan pelajaran kepada para muridnya karena harus memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Bagi para guru itu, penghasilan dari mengajar di satu sekolah tidaklah memadai untuk membiayai hidup sehari-hari. Mereka harus mengajar di banyak sekolah atau memberikan berbagai jenis les bagi muridnya di luar jam sekolah, demi memperoleh penghasilan tambahan. Kemudian kita menoleh kepada sistem pendidikan di Indonesia, kita akan segera menyadari bahwa ada yang salah dengan sistem pendidikan kita. Pendidikan budi pekerti, yang seharusnya menjadi salah satu faktor penting guna membentuk generasi muda harapan bangsa, justru dikesampingkan. Pendidikan agama pun hanya sepersekian dibandingkan dengan materi pelajaran lain yang diterima pelajar. Hasilnya, sekalipun anak-anak Indonesia boleh dibilang pintar karena materi pelajaran yang diberikan padat dan berjejal, tetapi di sisi lain kenakalan dan kebrutalan sikap pelajar pun dominan.
Pada bagian lain, kemajuan teknologi yang begitu pesat telah menambah pengetahuan dan wawasan orang Indonesia mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua di berbagai bidang. Perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi telah mempersempit dunia. Dalam waktu sekejap, kita bisa mengetahui perkembangan yang terjadi di negara lain melalui internet. Dengan cepat pula, kita bisa mengadaptasi semua itu.

Informasi di layar televisi kita juga luar biasa. Bukan hanya informasi yang penting dan bermanfaat, banyak juga informasi yang justru merusak. Misalnya kekerasan yang ditampilkan di film-film action dan film-film kartun asing. Belum lagi, penayangan acara-acara untuk orang dewasa yang disiarkan pada jam nak masih menonton televisi sehingga anak-anak pun jadi terkontaminasi pikirannya. Pada saat yang sama, orang tua di rumah terlalu sibuk untuk menemani sang anak dalam menyaksikan tayangan-tayangan itu.

0 comments:

Post a Comment